Pages

Kamis, 24 Februari 2011

4 Rahasia Kunci tentang Cara Otak Kita Bekerja

brain1-re.jpgBarangkali Anda sudah pernah mendengar anekdot ini. Alkisah, di sebuah pameran International Neurology Expo di Singapore dijual replika otak asli orang Indonesia, Jepang dan Amerika. Dalam daftar harga, tertera otak manusia Indonesia berharga paling mahal. Salah seorang pengunjung dari tanah air, dengan penasaran dan setengah bangga bertanya, kenapa otak orang Indonesia harganya paling mahal. Karena jarang dipakai, begitu jawaban sang penjaga stan.
Anekdot itu terngiang kembali di otak saya ketika minggu lalu saya membaca sebuah buku bertajuk Brain Rules : Principles for Thriving at Work, Home and School. Buku yang ditulis oleh John Medina, salah satu pakar biologi saraf terkemuka asal Amerika ini, berkisah tentang sejumlah aturan bagaimana sesungguhnya otak kita berkerja dan beroperasi. Disini kita hanya mencoba menjenguk empat aturan diantaranya.



brain_rules_-re.jpg Rule 1 : Exercise Does Enhance Your Brain. Ya, berolahraga secara rutin dan melakukan pergerakan yang aktif ternyata memberikan impak yang amat besar bagi kesehatan otak. Dalam buku itu disebutkan, orang yang rajin berolahraga dan aktif bergerak dalam jangka panjang otaknya akan memiliki kemampuan problem solving dan reasoning yang jauh lebih tangguh dibanding mereka yang malas bergerak dan berolahraga.
Itulah mengapa, orang yang malas melakukan olahraga dan seharian hanya duduk didepan cubicle sambil melototin layar komputer otaknya bisa pelan-pelan tumpul dan cepat pikun kelak ketika berusia lanjut. Ini persis seperti minggu lalu ketika saya berkunjung ke salah satu teman ayah saya yang baru berusia 60-an tahun. Opa satu ini sejak muda nyaris tak pernah olahraga, demikian juga setelah pensiun. Jadi ia tak lagi mengenali saya ketika saya datang bertandang ke rumahnya yang asri di Bintaro. Dan ketika saya kebelet ingin buang air kecil serta bertanya, Om di mana kamar mandinya; dia mendadak kebingungan sambil celingukan, dimana ya kamar mandinya (duh !).
Anda tidak ingin tulalit seperti itu kan? So, do exercise every single morning. Rasakan kesegaran udara di pagi hari, dan jangan pernah biarkan otak Anda mati sebelum waktunya.

Rule 2 : Multitasking is a myth. Multitasking itu hanyalah mitos. Sebab, menurut John Medina, otak kita bekerja dengan cara sekuensial (ber-urutan) dan tidak pernah bisa dipaksa bekerja secara paralel. Itulah mengapa, mengemudikan mobil sambi berhaha-hihi via ponsel langsung meningkatkan resiko kecelakaan hingga 9 kali lipat. Dan itulah mengapa, melakukan penyelesaian tugas sambil berkali-kali mendapatkan interupsi akan menghasilkan kualitas kerja 50 % lebih buruk dan 50 % lebih lamban.
Jadi kalau selama ini Anda rajin melakukan multitasking – misalnya menyelesaikan laporan sambil tengak-tengok status via Facebook; resiko kelambanan kerja dan penurunan akurasi laporan akan kian meningkat secara dramatis. Karena itu, usahakanlah agar selalu mengerjakan tugas secara fokus dan bertahap serta semuanya digarap secara sistematis.

Rule 3 : Ten Minutes Attention Span. Medina bilang, ketika mendengarkan presentasi, ceramah, kuliah, atau mendengarkan orang lain ngecap, otak kita ternyata hanya bertahan untuk menaruh atensi maksimal 10 menit. Setelah itu, konsentrasi kita untuk mendengarkan/ menyimak turun secara signifikan. Jadi kalau ada orang yang nyerocos memberikan ceramah atau presentasi tanpa henti selama lebih dari 30 menit, maka hanya kesia-siaan yang akan diperoleh. Sebab, otak para audiens tak akan pernah bisa lagi menangkap isi informasi secara optimal.
So, kelak jika Anda mendapat kesempatan presentasi atau memberikan informasi; lakukanlah small break setelah 10 menit. Break ini bisa berupa menyilakan audiens untuk bertanya; atau menyelinginya dengan intermezo, atau menyampaikan kisah insiratif plus sekedar anekdot. Dengan ini, maka konsentrasi para audiens akan bisa kembali terpelihara.

Rule 4 atau yang terakhir adalah ini: classroom and cubicle are brain destroyers. Ya, ternyata ada dua lingkungan yang menurut Medina paling brutal membunuh daya kreasi otak kita. Dua lingkungan itu adalah : ruang kelas perkuliahan/sekolah dan ruang cubicle perkantoran.
Ruang kelas yang isinya melulu ceramah oleh dosen/guru yang monoton, satu arah dan acap membosankan, ternyata justru membuat otak kita terpasung mati (!). Ruang cubicle kantor yang membuat Anda tidak banyak bergerak secara aktif, tersekat-sekat, dan hanya memaksa Anda untuk melakukan tugas repetitif juga berpotensi menumpulkan otak Anda.
Jadi bayangkanlah : selama bertahun-tahun (lebih dari 15 tahun!) kita menghabiskan waktu kita di ruang kelas yang monoton nan membosankan. Dan kini, ketika kita bekerja, kita kembali disekap bertahun-tahun dalam ruang cubicle yang juga tidak banyak menawarkan ruang kreasi secara optimal. Dengan kata lain, selama puluhan tahun otak kita dikunci dalam dua lingkungan statis itu, dan jarang dipakai secara maksimal.
Jadi sungguh tak heran, kenapa otak kita harganya paling mahal……..

Rabu, 23 Februari 2011

Cara Menjaga Kesehatan

Banyak faktor yang dapat menyebabkan penyakit, namun kami memiliki sedikit cara untuk menyembuhkan mereka. Orang modern mengalami semua jenis penyakit. Sebagian diakibatkan karena fisiologis, psikologis, dan bahkan disebabkan faktor lingkungan. Tak peduli seberapa ahli seorang dokter dan seberapa banyak penyakit yang telah disembuhkan, dia selalu mendapatkan pasien yang tampaknya menderita penyakit misterius, penyakit yang tidak dapat didiagnosa dokter.
Dalam situasi semacam itu, seorang dokter akan merasa seperti berada di sebuah gunung berkabut. Jika dia seorang dokter pengobatan Tiongkok, meski berulang kali memeriksa meridian pasien, menerapkan akupunktur, mengganti resep, dan mencoba berbagai macam metode, kesehatan pasien masih ada kemungkinan tidak membaik atau bahkan memburuk setelah beberapa hari dan minggu.
Dihadapkan pada pasien semacam itu, dokter terus bertanya-tanya, apa lagi yang dapat dia lakukan. Dia merasa tak berdaya dan mengharapkan resep lain yang dapat dicoba. Menghadapi situasi semacam itu, dokter menyadari bahwa pengalaman, pengetahuan, dan seluruh masa hidupnya untuk mengeksplorasi misteri tak terbatas dari alam dan kehidupan asal pada akhirnya menjadi tugas yang tidak dapat diselesaikan.
“Hanya ketika seseorang  mengalami masalah, dia baru menyadari sudah terlambat untuk belajar Tao. Hanya ketika seseorang jatuh sakit, dia menyesal tidak menjaga kesehatan dengan baik.” Ini adalah dua baris puisi yang ditulis Lu You (1125 - 1210 M), seorang penyair ternama dari Dinasti Song.
Puisi ini mengingatkan kita tentang metode berbeda yang digunakan masyarakat Tiongkok kuno dalam menjaga kesehatannya. Menurut buku teks kuno, terdapat 3.600 kategori metode menjaga kesehatan di Sekolah Tao, yang masing-masing kategori berisi lebih dari 10 ribu metode khusus. Itulah mengapa masyarakat Tiongkok  kuno memiliki pengetahuan yang mendalam tentang bagaimana menjaga kesehatan dengan baik, sementara orang modern tidak mengetahui bahkan saat mengonsumsi suplemen nutrisi atau cara lain untuk menyeimbangkan fungsi organ mereka sendiri.
Mengapa dokter tidak bisa menemukan metode yang bermanfaat bagi setiap pasien pada tingkat mendasar dan memungkinkan setiap pasien agar mendapatkan kesehatan yang baik?
Ketika menyarankan menjaga kesehatan dengan baik, orang modern langsung berpikir tentang konsumsi suplemen nutrisi, minum obat herbal, atau berolahraga seperti mendaki, bersepeda dan sebagainya. Tapi bagaimana dengan mereka yang tidak mampu membeli akar ginseng atau akar milkvetch, dan tidak mempunyai waktu untuk berolahraga? Selain itu, sebagai manusia bukankah kita akan tetap sakit? Selanjutnya jika suplemen nutrisi tidak dikonsumsi dengan benar, mereka tidak dapat memproduksi hasil yang diharapkan. Bahkan dalam banyak kasus, dikarenakan cara mereka dalam mengonsumsi suplemen nutrisi, justru tidak mendapatkan manfaat, bahkan juga dapat memperpendek usia seseorang.
Sebagai contoh, mari kita asumsikan usia tertua seseorang adalah 100 tahun. Bahkan jika seseorang cukup beruntung untuk hidup hingga usia 100 tahun, dia menghabiskan hampir setengah dari hidupnya sebagai anak atau sebagai orang tua. Lebih dari setengah waktu yang tersisa dihabiskan untuk tidur malam atau bekerja keras untuk mendapatkan sesuap nasi di meja pada siang hari.
Setelah dikurangi waktu yang menderita akibat sakit, menderita karena gejolak emosional, berjuang karena menghadapi bencana alam atau bencana akibat manusia, atau melalui berbagai macam penderitaan hidup lainnya, rata-rata orang mungkin hanya memiliki beberapa lusin hari dalam seluruh kehidupan dewasanya untuk merasa benar-benar santai, bahagia dan tidak membawa beban atau sakit apapun.
Hari-hari tanpa batas sebelum seseorang lahir dan setelah dia meninggal. Di antara kedua waktu tersebut seseorang dapat hidup terbatas hanya beberapa tahun, dan bahkan kemudian seseorang akan meninggal tidak lebih dari beberapa lusin hari saat dia benar-benar bahagia. Jadi apa arti hidup manusia? Hidup seperti apa yang diperlukan seseorang sebelum dia merasa bahagia?
Zaman dahulu, orang-orang tahu jika hidup mereka pendek dan tidak kekal. Mereka berusaha untuk tidak melanggar hukum dasar alam semesta. Apa prinsip dasar mereka untuk menjaga kesehatan dengan baik? Pada tingkat tinggi mereka menyelaraskan prinsip-prinsip langit dan bumi, Yin dan Yang. Pada tingkat menengah mereka mematuhi aturan masyarakat dan moralitas manusia. Pada tingkat rendah mereka menyayangi semua makhluk hidup. Ini adalah prinsip dasar mereka untuk menjaga kesehatan.
Jika dokter hanya mengobati pasiennya pada tingkat dangkal dengan merawat kepala ketika pasien mengatakan kepalanya sakit dan mengobati kaki ketika pasien mengatakan kakinya sakit, mereka tidak dapat mengobati penyakit hingga ke akarnya. Jika dokter tidak mengatakan pada pasiennya bahwa menetapkan moralitas tinggi adalah cara mendasar untuk mengobati penyakit seseorang, obat modern tidak akan pernah dapat mengejar ketinggalannya saat penyakit baru berkembang, dan dokter akan merasa tak berdaya ketika mereka tidak dapat berbuat banyak.
Ada pepatah Tiongkok kuno mengatakan, “Menjaga moralitas seseorang sama pentingnya dengan menjaga kesehatan seseorang.” Ini menunjukkan bahwa hanya ketika seseorang memegang prinsip moralitas tinggi dalam hatinya, dia bisa menjadi orang yang benar-benar tahu bagaimana menjaga kesehatannya dengan baik.